ROTI ( Yeast Dough )
ROTI
( YEAST DOUGH )
1. Pengertian
Roti adalah produk pangan olahan yang
merupakan hasil proses pemanggangan adonan yang telah difermentasi. Bahan utama
dalam pembuatan roti terdiri dari tepung terigu, air, ragi, dan garam.
Sedangkan bahan penambah rasa dan pelembut gula, susu, lemak, dan telur. Untuk
penguat gluten, memperpanjang umur simpan dan penambah
vitamin bagi ragi atau sering disebut bahan peningkat
adalah berupa bread improver. Bahan pengisi yang sering dipakai pada pembuatan
roti adalah coklat, keju, daging, pisang (buah-buahan), kelapa. Semolina,
wholemeal, madu, dan kismis juga sering merupakan bahan penambahan khusus pada
roti.
2. BAHAN
DAN FUNGSINYA
1. Tepung terigu
Tepung terigu adalah bahan utama dalam pembuatan roti.
Perhatikan di dalam memilih jenis terigu. Jenis yang paling tepat adalah tepung
terigu jenis hard dengan kandungan gluten di atas 12,5 %. Kandungan glutennya
yang tinggi akan membentuk jaringan elastis selama proses pengadukan. Pada
tahap fermentasi gas yang terbentuk oleh yeast akan tertahan oleh jaringan
gluten, hasilnya adonan roti akan mengembang besar dan empuk teksturnya. Tepung terigu (Pati/amilosa dan amilopektin)
saat fermentasi menjadi glukosa
2. Air atau cairan
Selain air cairan yang dapat digunakan dalam pembuatan
roti adalah susu segar, bir, sari buah-buahan dan lain-lain. Dalam pembuatan
roti, cairan mempunyai banyak fungsi. Dengan tercampurnya tepung dengan air
akan memungkinkan terbentuknya gluten. Selain itu air juga berfungsi mengontrol
kepadatan adonan dan membantu penyebaran
bahan-bahan lain agar dapat tercampur rata. Untuk adonan
roti, gunakan air dengan pH normal (air minum) sehingga mendapatkan roti yang
maksimal.
Proses pembuatan roti sebaiknya menggunakan air dingin
(air es). Sebab proses pembuatan roti selalu melibatkan ragi roti (yeast). Ragi
roti di dalam adonan akan bekerja secara optimal bila suhunya di bawah 30°C
(tidak boleh melebihi 30oC saat diaduk/mixser). Demikian juga
pemakaian mesin (mixer) yang terlalu lama untuk mengaduk roti menimbulkan panas
yang akan meningkatkan suhu adonan sehingga mengurangi aktivitas ragi (yeast).
Air es berfungsi untuk menjaga agar suhu adonan sesuai/cocok untuk aktivitas
ragi. Bila suhu adonan melebihi 30°C, maka aktivitas ragi
akan berkurang sehingga fermentasi roti akan semakin lama. Akibatnya aroma roti
menjadi asam, serat roti kasar, mudah keras, dan roti menjadi tidak tahan
lama.roses penggunaan air dalam pembuatan roti maksimum 60% dan pH air yang
digunakan berkisar 5,5 – 6. Apabila pH air terlalu
rendah (asam) maka akan mengganggu aktivitas ragi dan
gluten akan semakin kuat sehingga ragi tidak dapat mereduksi tepung.
3. Yeast atau ragi.
Roti tidak akan mengembang tanpa menambahkan yeast atau
ragi ke dalam adonan. Jenis yeast yang digunakan adalah golongan khamir jenis
Saccharomyces Cerevisiae. Mikroorganisme bersel satu inilah yang bekerja selama
proses fermentasi, selama proses fermentasi yeast merubah karbohidrat dan gula
menjadi gas karbondioksida (CO2) dan alkohol dalam bentuk etanol. Zat inilah yang
menjadikan adonan mengembang, terbentuk serat-serat pada adonan dan aroma harum
khas roti.
4. Garam.
Selain mempunyai rasa asin, garam juga berfungsi sebagai
bahan penetral dan meningkatkan cita rasa. Banyak bahan apabila diberi sedikit
garam dapat menjadi lebih wangi, gurih, dan terasa enak. Adonan yang telah
diberi garam dapat mencegah kelengketan, dan juga mempertinggi sifat alot dari
adonan tersebut. Sehingga mutu adonan dapat diperbaiki. Garam juga dapat
menambah daya tarik adonan serta mempertinggi daya elastisitas roti. Selain itu
garam dapat menambah kekuatan gluten dan mengontrol waktu fermentasi. Penggunaan
garam pada pembuatan roti berkisar 1 – 2%.
Sifat garam yang baik adalah mudah larut dalam air, halus
tidak bergumpal dan bersih.
Adonan tanpa garam akan mempengaruhi pemanggangan yaitu
bila dalam resep tidak ada garam maka roti yang dipangang akan menjadi
mengecil, sehingga dapat mempegaruhi mutu roti. Inilah alasannya mengapa roti
manis ditambah sedikit garam karena tinggi gula. Dalam pembuatan roti adonan
yang sama sekali tidak ada garam proses fermentasinya lebih cepat, tetapi tidak
stabil, apalagi diwaktu iklim panas akan lebih sulit mengontrol fermentasinya, sehingga
sering terjadi fermentasi melampaui batas, dan adonan
akan menjadi asam, oleh sebab itu garam dapat dikatakan
sebagai bahan stabilisator fermentasi.
5. Gula
Sifat
dan Fungsi Gula
Gula diperlukan pada pembuatan roti dengan fungsi utama adalah
sebagai bahan pemanis, sumber energi utama bagi khamir dalam melakukan proses
fermentasi, membantu proses pembentukan krim, membantu dalam pembentukan warna
kulit roti yang baik dan menambahkan nilai gizi pada produk. Gula yang tersisa
setelah proses fermentasi disebut sisa gula yang akan memberikan warna pada
kulit roti dan rasa pada roti. Gula memiliki sifat higroskopis (kemampuan
menahan air), sehingga dapat memperbaiki daya
tahan roti selama penyimpanan dan menjadikan roti lebih
awet. Jika kita mempelajari sifat-sifat gula dengan seksama, maka kita dapat mengontrol
hasil olahan roti dengan baik. Bila gula dalam adonan sedikit, maka proses
pemanggangan (oven) memerlukan waktu lebih
lama. Hasilnya roti menjadi agak keras dan warnanya
kurang menarik.
Gula yang baik harus bersih (tidak harus putih) dan mudah
larut dalam air (butiran jangan terlalu besar) Pada pembuatan roti manis, gula
yang digunakan sebanyak
10-30% dan optimum pada kisaran 15-25% dari berat tepung.
Pada pembuatan roti tawar, gula yang digunakan lebih sedikit jumlahnya karena
gula tersebut hanya berfungsi sebagai bahan nutrisi bagi khamir dan tidak untuk
memberikan rasa manis. Pencampuran gula
yang tidak merata dan terlalu banyak akan menyebabkan
bintik bintik hitam pada kulit roti dan
membentuk lubang besar atau kantung udara
pada produk roti.
Gula yang ada di dalam adonan roti didapat dari beberapa
sumber di antaranya ialah:
1.Gula yang terkandung di dalam tepung,
yang termasuk golongan
ini
adalah Glukosa – Fruktosa – Maltosa.
2. Maltosa, gula ini terbentuk karena
aksi dari Alpha-amylose
terhadap
zat hidrat arang di dalam tepung terigu.
3. Gula yang dipakai ke dalam resep:
sebanyak 2% saja dari gula
ini
yang diurai oleh enzim yeast, selebihnya akan mempengaruhi rasa.
4. Lactosa, gula ini terkandung di dalam
susu yang mungkin dipakai
didalam
resep pembuatan roti. Laktosa tidak dapat diuraikan oleh enzym yeast.
Pengaruh gula terhadap adonan roti.
a. Daya serap air:
Makin
tinggi prosentase pemakai gula (roti manis) makin sedikit air
yang dapat diserap oleh tepung terigu di dalam adonan. Disamping
itu waktu pengadukan adonan pun (mixing time) menjadi lebih lama
pula. Apabila hal-hal ini tidak diperhatikan maka hasil roti akan
mempunyai ciri-ciri:
1) Bervolume kecil-kecil saja.
2) Daging roti menjadi agak kering.
3) Rasa menjadi kurang enak.
4) Roti tidak dapat disimpan lama.
Dengan kata lain perlu diketahui bahwa
pada umumnya gula itu
(terutama dextrosa) mengandung 9% air,
berdasarkan pada beratnya.
Oleh sebab itu pemakaian air untuk
adonan roti yang mengandung
gula di atas 15% di dalam resep sangat
dianjurkan untuk
dikurangi.
Pemakaian gula yang berlebihan juga menghambat fermentasi.
Perlu diketahui bahwa semakin banyak
gula semakin tinggi pemakaian ragi.
b. Waktu Peragian Adonan (Fermentasi):
Sejalan dengan diperlukannya waktu
pengaduk adonan yang lama,
waktu peragian adonan pun (Fermentation
Time) harus ditambah.
Dengan perkataan lain, kalau kita
membuat roti manis diperlukan
waktu penyelesaian yang jauh lebih
lama dari pada pembuatan roti tawar biasa.
Pengaruh
gula terhadap hasil jadi
a. Warna kulit roti
Pada umumnya para tukang roti
beranggapan bahwa makin menarik
warna kulit roti (coklat keemasan),
menjadi suatu tanda bahwa adonan
roti tersebut telah mengalami proses
pengolahan yang sempurna
(pengadukan
– fermentasi – pembakaran). Warna kulit roti sanga dipengaruhi oleh kadar gula
yang dipakai di dalam resep.
Diantara kelompok gula yang ada di
dalam adonan roti, jenis Levulose
adalah yang paling peka terhadap panas
hingga ia akan cepat
mengalami proses keramelisasi pada
suhu oven yang tidak begitu tinggi.
Telah diuraikan di atas bahwa Laktosa
(gula yang ada didalam susu)
tidak dapat diurai oleh yeast. Karena
sifat ini laktosa hanya akan
mengalami proses karamelisasi saja
sewaktu adonan dibakar. Suatu
adonan yang mengandung susu akan
mempunyai warna kulit roti
yang sangat indah. Selain itu susu
(yang cair) dapat juga dipakai
untuk mengoles adonan roti (roti
manis) sebagai ganti telur untuk
dapat memperoleh efek warna yang lebih
mengkilap pada permukaan kulit roti.
b. Aroma Roti
Gula bersama-sama dengan bahan pembuat
roti yang lain akan
membantu meningkatkan wangi roti.
c. Keempukan roti:
Karena gula, adonan roti akan cepat
berubah menjadi coklat keemasan
sewaktu mengalami proses pembakaran.
Karena cepat menjadi
gosong, otomatis roti itu akan lebih
cepat dikeluarkan dari oven.
Karena singkatnya waktu pembakaran
maka masih banyak uap air
yang akan tertinggal di dalam adonan
itu dan dengan sendirinya ka378
rena adanya uap air di dalam roti maka
roti itu menjadi tetap empuk
untuk beberapa saat.
d. Volume dan berat roti.
Adonan roti dengan kadar gula yang
lebih banyak, selain lebih manis,
hasilnya juga lebih berat. Gula yang
terlalu banyak juga akan
membuat roti tidak tegak dan permukaan
roti mudah keriput. Dalam
proses pembuatannya akan sangat
lengket di tangan. Dan dalam
proses pemanggangan (oven) selalu
mengembang melebar bergerak
ke arah sekeliling adonan dan
kemungkinan sulit untuk mengembang
keatas, sehingga hasil roti akan
tampak seperti kurang
besar/mengembang. Adonan roti yang dibuat tanpa ada penambahan
gula akan menyebabkan roti berkembang
kurang baik.
6. Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan
kualitas penyerapan dalam adonan. Kasein
dari susu mempertahankan sifat penahan air dari adonan. Susu juga memberikan
kontribusi terhadap nilai gizi, membantu pengembangan adonan, membantu proses pembentukan
krim dan memperbaiki tekstur roti. Selain itu juga susu memperbaiki warna kulit dan rasa roti serta
memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium pada susu. Susu yang umum
digunakan dalam pembuatan roti adalah susu bubuk karena menambah absorbsi air,
tahan lama dan lebih mudah penyimpanannya. Susu bubuk yang digunakan dapat
berupa susu skim bubuk (perlu diingat susu ini mengandung lemak susu sekitar 1%)
dan susu full krim bubuk (mengandung lemak susu sekitar 29%) biasanya susu full
krim ini untuk roti manis.
7. Lemak.
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa lemak adalah bahan yang
sangat
penting dalam pembuatan roti. Pemakaian lemak di dalam
resep roti akan membantu:
a. Mempertinggi rasa
Dengan hadirnya lemak di dalam resep pembuatan roti,
hasil-hasilnya
akan lebih mudah untuk ditelan sewaktu dikuyah dan tidak
terasa
seret. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat lemak yang
sanggup untuk
memperpendek (to short) bentuk jaringan zat gluten tepung.
Oleh karenanya, sering lemak itu disebut juga
“shortening”.
b. Memperkuat jaringan zat gluten
tepung.
Zat gluten tepung akan membentuk jaringan yang menyerupai
spiral
apabila ia bersinggungan dengan air. Pembentuk jaringan
ini tidak
mempunyai kekuatan apa-apa terutama dalam menerima gas CO2
jika ia bercampur begitu saja dengan air.
Kalau terbentuknya jaringan itu bersama-sama dengan
hadirnya
lemak dalam resep maka jaringan zat gluten ini terjadi
dengan kuat,
elastis dan sanggup untuk memperlebar dirinya sewaktu
menerima
gas CO2 sebagai
hasil kerja yeast tanpa mengalami pemutusan di
sana sini. Jaringan zat gluten tepung yang terbentuk
dalam adonan
dapat diibaratkan sebagai semacam balon karet.
c. Hasil jadi (roti) tidak cepat
menjadi keras atau staling.
Tepung terigu selain mengandung apa yang disebut zat
gluten juga
mengandung zat hidrat arang. Zat hidrat arang ini terdiri
dari apa
yang disebut Amylose dan Amylopectine yang berbanding
sama.
Sewaktu proses pembakaran roti berlangsung, amylose dari
zat hidrat
arang tadi meleleh menjadi semacam selai dan yang bersama
dengan zat gluten tepung bertanggung jawab untuk
membentuk daging
roti yang “membul-membul”. Pada saat roti mengalami
proses
pendinginan, perlahan-lahan amylose yang meleleh sewaktu
pembakaran
berlangsung, berubah dengan mengalami proses
kristalisasi.
Kalau proses kristalisasi ini berlangsung dengan cepat,
maka roti
berubah menjadi kering dan keras.
Dengan hadirnya lemak di dalam resep, lemak tadi akan
melapisi
amylose yang meleleh tadi hingga akibatnya proses
kristalisasinya
menjadi berlangsung dengan lambat. Karena proses
kristalisasinya
lambat, maka akibatnya roti menjadi bisa lebih lama daya
keempukannya
dan sekaligus memberikan kelembutan pada serat roti, dan
mempermudah pemotongan (slicing). Margarin dan butter
adalah
pilihan lemak yang sering digunakan dalam roti. Di dalam
adonan
lemak dapat menahan gas CO2 keluar
dari adonan sehingga akan
diperoleh volume roti lebih besar. Untuk mendapatkan
citarasa yang
lezat disarankan menggunakan butter, sedangkan margarin
menjadikan
roti beraroma lebih ringan. Untuk lebih lengkapnya
tentang lemak
dapat dilihat pada bab II bagian lemak.
8. Telur
Fungsi
Telur
Telur adalah makanan yang penuh gizi. Telur mempunyai
sifat mengembang apabila dikocok, sehingga volumenya dapat beberapa kali lipat
lebih banyak dari volume sebelumnya. Fungsi telur pada proses pembuatan roti
yaitu telur berfungsi di dalam proses pembentukan krim, meningkatkan jumlah gas
yang ditangkap oleh gluten, memberikan warna serta flavor yang khas, menangkap
air, sebagai pelunak dan memberikan kontribusi terhadap nilai gizi. Sifat telur
yang unggul dalam hal ini tidak dapat diganti dengan bahan lain. Albumin pada
telur menyebabkan pengikatan air yang lebih baik pada crumb
roti. Protein putih
telur mempunyai sifat yang mirip dengan gluten karena dapat membentuk lapisan
tipis yang cuku kuat untuk menahan gas yang dihasilkan selama proses
fermentasi.
Pada proses pemanggangan, lapisan protein ini mengeras
dan memberikan struktur yang baik pada tekstur roti. Telur juga memberikan pengaruh
sifat emulsi karena adanya kandungan lesitin 7%- 10% dari jumlah kandungan
lemak sehingga dapat memperbaiki
stabilitas tekstur roti.
Fungsi
putih telur
Putih telor adalah bahan yang terbaik untuk mempertinggi
gluten, sangat cocok buat roti tawar putih, selain menyerap air putih telur termasuk
bahan alot, hasil roti tawar didalamnya putih bersih, tahan tarik, karena putih
telur tak berwarna, tak berbau dan juga membantu
daya elastik roti .
9. Bread Improver, membantu proses pembuatan roti dalam
hal produksi gas dan penahanan gas. Biasanya bread improver ditambahkan pada
proses pencampuran dengan dosis pemakaian 0,3% - 1,5% dari berat tepung. Bread improver juga memiliki proses fermentasi
yang teratur dan membantu pengembangan selama proses baking. Selain itu juga
bread improver juga dapat mendiversifikasi produk roti dengan mempengaruhi
struktur
daging roti (crumb tekstur), warna kulit roti (crust),
tampilan roti, volume,
aroma, rasa dan umur simpannya.
3. ALAT-ALAT
YANG DIGUNAKAN DALAM MEMBUAT ROTI
1. Waskom plastik atau aluminium sesuai ukuran yang
dibutuhkan.
2. Meja untuk menggiling adonan, jika dilakukan dengan
tangan. Meja
ini dapat berlapis plat seng atau porselen.
3. Serbet besar untuk menutup adonan selama proses fermentasi.
4. Oven untuk membakar beserta loyang sesuai jenis roti
yang dibuat.
5. Kwas untuk mengoles loyang atau pengoles roti.
6. Timbangan.
7. Sendok (sendok ukur ataupun sendok biasa)
8. Gelas ukur
9. Rubber spatula dan dough scraper
10. Proofing basket
11. Thermometer
12. Sendok kayu
13. Pisau
14. Pengocok/kneader (Dough Mixer)
15. Rak/lemari tertutup untuk proses fermentasi.
16. Cooling rak
4. PROSES
PEMBUATAN ROTI
1.
Metode pembuatan roti
Proses pembuatan roti dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti
a.Metoda
Cara Cepat (Straight dough)
b.
Notime dough
c.
Metoda Sponge
2.
Proses Pengadukan
Hal ini dimaksudkan untuk:
a. Menyatakan adonan dengan baik
b. Menarik-narik adonan supaya menjadi liat dan elastis.
Perlu diingat bahwa lemak harus dimasukkan pada saat
menjelang akhir
pengadukan adonan sehingga berfungsi untuk melumasi
seluruh permukaan
adonan. Jika hal ini tidak dilakukan, hal itu tidak
tercapai sebab masih adanya air yang belum dapat diserap secara sempurna oleh
tepung terigu.
3.
Proses pengembangan adonan (waktu fermentasi/peragian
adonan)
Setelah proses pengadukan selesai, adonan diberi waktu
istirahat untuk
memberi kesempatan kepada yeast mereaksi gula.
beri waktu peragian ini harus bersih tidak banyak angin
dan sedapat
mungkin cukup hangat dan lembab.
Jika derajat kelembaban ruang fermentasi tidak dapat
dikontrol dengan
baik, sangat dianjurkan untuk menutupi adonan tersebut
dengan kain
atau plastik supaya panas adonan itu sendiri tidak
berobah.
Apabila ruang menjadi sangat dingin (musim hujan
misalnya) dianjurkan
pula untuk menambah pemakaian yeast dalam resep supaya
adonan
dapat mengembang dengan cepat. Begitu pula jika hal
sebaliknya yang terjadi.
Dalam proses peragian ini terjadi hal-hal sebagai
berikut:
a. Enzym mereaksikan zat hidrat arang tepung terigu
menjadi gula.
b. Selanjutnya gula ini direaksikan terus oleh enzym
yeast menjadi gas CO2
dan alkohol.
Oleh sebab itu selama proses peragian ini berlangsung,
adonan akan
berbau asam karena alkohol tersebut. Perlu diketahui pula
bahwa jika
adonan diberi fermentasi berlebih akan membuat:
a. Adonan menjadi lengket sekali bila dipegang.
b. Jika dibakar roti akan pucat warnanya.
c. Aroma roti menjadi sangat asam (berbau kecut)
d. Bentuk roti menjadi tidak seragam.
e. Umur roti menjadi sangat pendek, cepat menjadi keras
dan kaku.
Proses
yang Terjadi Saat Pengembangan Adonan
Proses pengembangan adonan erat sekali hubungannya dengan
besarnya volume roti. Sebab, volume roti yang dihasilkan
pada hakikatnya
merupakan hasil dari fiksasi volume adonan pada tahap
tertentu
yang dikehendaki. Proses pengembangan adonan roti adalah
suatu
proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan
volume sebagai
akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil
fermentasi
dan terperangkap oleh massa campuran air, gluten, protein
larut, lemak
dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film
tipis.
Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses yang
rumit, namun pada prinsipnya adalah merupakan suatu
sistem yang
dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang berkesinambungan/kontinyu
dari reaksi-reaksi fisik, kimia dan biologis. Dalam
proses pengembangan
adonan terlibat dua kelompok daya, yaitu daya produksi
gas dan daya penahanan gas.
Daya produksi gas pada prinsipnya ditimbulkan oleh adanya
pemerangkapan
udara selama pengadonan, dan reaksi-reaksi enzimatik,
baik oleh enzim yang secara alamiah terdapat dalam tepung
maupun
oleh enzim yang dengan sengaja ditambahkan serta dari
khamir. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas antara
lain
konsentrasi khamir, konsentrasi gula, konsentrasi
diastatik malt, konsentrasi
makanan khamir dan suhu selama berlangsungnya fermentasi.
Daya penahanan gas dalam adonan merupakan hasil dari
sifat
khas jaringan atau tenunan gluten yang viskoelastik. Oleh
karena itu
proses pengembangan adonan sering disebut sebagai proses
pengembangan
tenunan gluten. Pembentukan struktur viskoelastik terjadi
sebagai
akibat dari pemecahan agregat protein yang besar dan
tidak larut,
sehingga menjadi agregat yang lebih kecil dan siap berorientasi
molekuler,
membentuk film protein yang kontinyu dari gluten.
Perubahan-perubahan reologi adonan tersebut selama
fermentasi,
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu proses
hidrasi pati dan
protein, efektifitas enzim, penurunan pH adonan, perbedaan
tekanan
interfasial yang dihasilkan oleh terbentuknya alcohol,
banyaknya konsentrasi
CO2
dan besarnya atau
cepatnya pemutusan ikatan disulfida.
Proses pengadonan juga dapat mengendurkan adonan, karena
terjadi
penurunan berat molekul protein adonan atau disagregasi
protein gluten yang tak larut.
4.
Proses penimbangan adonan
Tahap selanjutnya ialah menimbang adonan menjadi unit
kecil
dengan timbangan yang dikehendaki sesuai dengan tujuan.
Setelah proses
berlangsung, berat total adonan akan susut sebesar 7%
dari berat
total. Setelah adonan selesai ditimbang lalu diberi
bentuk bulat-bulat dan
diberi waktu istirahat lagi dengan maksud:
a. Menyeragamkan bentuk
b. Memudahkan proses pemulungan nantinya. Adonan yang
telah
mengembang akan lebih mudah diberi bentuk.
c. Membentuk lapisan kulit luar adonan untuk menahan gas
CO2
hasil kerja yeast mereaksi gula.
d. Mendinginkan suhu adonan setelah adanya reaksi yeast
terhadap gula.
e. Memperkuat jaringan zat gluten tepung terigu.
5.
Proses pemulungan adonan
Akhirnya adonan akan dipulung untuk diberi bentuk sesuai
dengan
kehendak sipembuat. Hal ini dapat dilakukan dengan mesin
(moulding
machine) atau hanya dengan tangan saja. Jika pemulungan
dikerjakan
dengan tangan maka akan dilalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Ambil adonan yang telah dibulat-bulatkan dan yang
telah siap untuk dipulung.
b. Letakkan di meja dan giling tipis membentuk seperti
oval yang memanjang.
c. Lipat bentuk oval ini menjadi dua dengan menyatukan
bagian ujung-ujungnya.
d. Dengan ujung jari mulailah untuk memulung adonan
dengan
didapatkan dengan telapak tangan.
Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan sudah harus
dipoles dengan minyak dengan rata-rata supaya roti akan
lebih mudah
dikeluarkan dari cetakan setelah dibakar.
6.
Proses peragian akhir (Final proofing)
Selanjutnya sebelum roti dibakar, adonan diletakkan dalam
ruang
proofing supaya adonan dapat mengembang dengan baik tanpa
gangguan. Jika tidak ada ruangan proofing, adonan dapat
ditutup dengan
kain atau plastik untuk menghindari pembentukan lapisan
kulit luar
adonan yang dapat mengganggu proses pengembangan dalam
oven.
Untuk mengetahui apakah adonan sudah siap dibakar atau
belum,
tekanlah permukaan adonan dengan ujung jari. Jika bekas
tusukan-
/tekanan tidak membalik dengan cepat itu tandanya bahwa
adonan sudah siap untuk dibakar.
7.
Proses pembakaran
Inilah tahap yang menentukan baik tidaknya suatu proses
pembuatan
roti. Untuk membakar roti tawar diperlukan panas cukup
tinggi
(sekitar 2000C)
dan lama pembakaran sekitar tidak kurang dari 30 menit.
Jika permukaan adonan telah mulai menjadi merah sebelum
10 menit
dibakar dalam oven, itu pertanda bahwa panas oven terlalu
tinggi. Jika
sebaliknya yang terjadi, itu pertanda bahwa panas oven
kurang tinggi.
Waktu membakar roti sangat tergantung dari:
- Besar kecilnya bentuk roti yang akan
dibakar.
- Jumlah gula yang dipakai dalam
resepnya.
- Jenis roti yang dibakar.
Roti yang telah mengalami pembakaran yang sempurna akan
memiliki
sifat:
- Daging roti tidak basah/lengket.
- Enzym yeast sudah mati.
- Roti tetap dapat bertahan pada dimensi
terakhirnya walaupun
menjadi dingin (tidak kempot).
Kadang-kadang digunakan pula uap untuk membakar roti. Uap
bermaksud untuk menahan suhu oven menjadi stabil selama
roti-roti
baru saja dimasukkan ke oven. Tidak semua roti memerlukan
uap sewaktu
dibakar melainkan jenis-jenis tertentu seperti roti
Perancis.
8.
Proses pendinginan roti
Akhirnya sebelum dibungkus, roti perlu didinginkan dulu.
Setelah
dingin benar roti mulai diiris dan dibungkus. Pada
teorinya, sebelum roti
dingin selama tiga jam belum dapat dibungkus untuk
menjamin roti tidak
rusak terutama untuk roti yang cara menjualnya melalui
gerobak dan
dibawa keliling ke mana-mana.
E.
TAHAPAN-TAHAPAN MEMBUAT ROTI
Umumnya proses pembuatan roti melalui tahapan-tahapan
seperti pada
bagian D. Pada bagian ini akan dijelaskan salah satu
jenis roti yaitu roti
tawar.
1.
Langkah-langkah pembuatan roti tawar
Langkah-langkah umum dalam pembuatan roti-tawar sangat
dipengaruhi
oleh:
- resep yang digunakan misalnya waktu
pembuatan roti yang diminta
sangat pendek maka resep yang digunakan harus yang cocok
dengan
waktu yang singkat ini dan umumnya dipakai proses
straight
method.
- keadaan ruangan kerja dimana roti akan
dibuat. Jika ruang kerja
bersuhu terlalu panas, resep harus disesuaikan dengan
mengurangi
jumlah yeast yang dipakai dan caranya pun juga harus
lain.
- waktu pembuatan yang dikehendaki.
Roti tawar dapat dibuat seperti langkah-langkah pada
bagian D dengan
dua metode (yang umum dilakukan) adalah sebagai berikut:
Formula:
- Tepung terigu protein tinggi (cakra) :
1650 gr
- Air : 1000 cc
- Mentega : 50 gr
- Gula : 75 gr
- Garam : 30 gr
- Susu bubuk : 60 gr
Untuk membuat roti agar berhasil, selain memahami bahan,
langkah
selanjutnya harus memahami tahapan-tahapan proses pembuatan
roti.
Adapun tahapan-tahapan dalam membuat roti adalah sebagai
berikut :
1. Seleksi bahan
Bahan dalam membuat produk patiseri sangat menentukan
hasil
yang diperoleh. Kita harus memahami bahan yang akan
digunakan
dan fungsi bahan tersebut. Pemilihan bahan dengan
kualitas terbaik
merupakan syarat untuk mendapatkan roti yang berkualitas.
Keberadaan
bahan di pasaran juga menjadi pertimbangan dalam memilih
bahan. Selain itu mengetahui penyimpanan bahan yang
benar. Dan
yang terakhir pengetahuan tentang sifat-sifat bahan.
Gambar 13.6 : Bahan-bahan pembuatan roti
2. Penimbangan bahan
Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar dan
teliti. Perhatikan
resep dengan benar, sedapat mungkin hindari pemakaian
sendok/cangkir sebagai takaran, karena antara sendok yang
satu
dengan sendok yang lainnya belum tentu sama, atau sendok
di kota
A belum tentu sama dengan sendok di kota B.
3. Pengadukan
Dalam pembuatan roti ada yang metode langsung ada juga
metode
sponge. Pada metode sponge sebelum pengadukan terlebih
dahulu
disiapkan bibit dan dibiarkan mengembang (proses
pembuatan bibit).
Pengadukan berfungsi untuk mencampur rata semua bahan,
hidrasi
sempurna dari pati dan protein. Pembentukan dan pelunakan
gluten
juga terjadi saat pengadukan. Pengadukan juga berfungsi
mendapatkan
kekuatan menahan gas yang baik. Adapun tahap-tahap
pencampuran atau pengadukan adalah sebagai berikut.
Tahapannya Penjelasan
a. Pick-Up Keadaan dimana semua bahan telah tercampur menjadi
satu adonan.
b. Clean-Up Kondisi adonan yang tidak melekat pada bowl atau
wadah yang dipergunakan untuk mengaduk.
c. Develop Adonan mulai terlihat licin/halus dan
permukaannya elastis.
d. Final Permukaan adonan licin, halus dan kering.
e. Let-Down Adonan mulai overmix, kelihatan bahan lengket
dan lembek.
f. Break-Down Adonan sudah overmix-adonan sudah tidak elastis
lagi.
4. Peragian/fermentasi
Fermentasi awal adonan diistirahatkan sekitar 10 menit.
Saat ini
terjadi pemecahan gula oleh ragi menghasilkan gas CO2 gas inilah
yang membuat roti menjadi semakin mengembang, alkohol
akan
menimbulkan aroma pada roti, menghasilkan asam yang dapat
memberikan rasa dan memperlunak gluten. Saat fermentasi
juga
timbul panas.
5. Potongan/timbangan, membagi adonan menurut besar/berat
yang
dikehendaki dengan pengerjaan yang sesingkat mungkin.
Membagibagi
adonan berdasarkan berat yang disesuaikan dengan standar
resep. Membagi dan memotong adonan harus dikerjakan dalam
waktu yang singkat dan menghasilkan potongan yang
seragam/uniform
6. Membulatkan bertujuan membentuk lapisan halus
dipermukaan
adonan, sehingga dapat menahan gas-gas yang dihasilkan.
Membulatkan
ini juga memberi bentuk supaya mudah dikerjakan.
7. Intermediate proofing.
Pada tahap intermediate proofing (fermentasi lanjutan)
dilakukan
dengan memberikan waktu istirahat sekitar 5 – 20 menit
pada
adonan serta membuat adonan rileks dengan tujuan
mempermudah
proses berikutnya (pembentukan).
8. Pembuangan gas (Sheeting)
Pembuangan gas bertujuan untuk mengeluarkan semua gas di
dalam
adonan sekalian menyamakan proses fermentasi pada semua
bahan. Pada proses ini juga dilakukan membentuk lembaran
adonan dengan tebal yang dikendaki.
9. Membentuk
Membentuk bertujuan untuk membuat bentuk-bentuk roti yang
sesuai
dengan produk yang akan dihasilkan.
10. Memasukkan ke dalam cetakan.
Sebelum meletakkan adonan ke dalam cetakan terlebih
dahulu
diolesi loyang dengan lemak supaya tidak lengket.
Meletakkan
dengan baik adonan yang telah dibentuk, ujung atau
penyambungn
bentuk dilekatkan dibagian bawah. Saat meletakkan adonan
jangan
terlalu dekat dan jangan terlalu jauh jarak antara roti.
Sebelum
dipanggang/bakar adonan dioles dengan bahan olesan bagian
atas roti.
11. Final proofing.
Proses ini bertujuan mengembangkan adonan untuk mencapai
bentuk
dan mutu yang baik. Ruangan proofing haruslah stabil baik
panas
maupun kelembabannya. Temperatur proofing berkisar 35 – 40oC, kelembabanya berkisar 80 – 85%
sedangkan waktu proofing
itu sangat tergantung pada produk yang dibuat (berkisar
35 menit).
12. Pembakaran.
Sebelum melakukan pembakaran suhu oven harus dipastikan
sudah
sesuai dengan produk yang akan dibakar. Suhu dan lamanya
pembakaran
dipengaruhi oleh oven, loyang, dan produk yang akan di
bakar. Hal-hal yang harus diperhatikan pada proses
pembakaran
adalah:
a. Volume adonan akan bertambah pada waktu 5-6 menit
pertama
di dalam oven.
b. Aktivitas Yeast berhenti pada temperatur 630 C.
c. Karamelisasi dari gula mulai memberi warna pada kulit
roti.
d. Suhu pembakaran untuk roti tawar berkisar 200-2200C sedangkan
untuk roti manis dan sejenisnya berkisar 170-180 0 C.
13. Mengeluarkan dari cetakan.
Roti dikeluarkan dari cetakan langsung begitu keluar dari
oven atau
saat panas dengan tujuan menghentikan proses pemasakan.
14. Mendinginkan.
Roti yang telah dikeluarkan dari cetakan harus
didinginkan sebelum
pengemasan. Pendinginan roti yang telah dikeluarkan dari
cetakan
dilakukan berkisar 45 – 70 menit pada suhu ruang. Saat
pendinginan
roti diletakan pada rak kawat sehingga panas dapat keluar
dari
segala arah. Apabila ingin mengiris roti sebelum dikemas
maka suhu
roti sebaiknya kira-kira 32oC
atau hampir sama dengan suhu ruang.
Roti dapat juga di glaze (dioles) setelah matang.
15. Pengemasan.
Pengemasan roti dilakukan untuk mencegah tercemarnya roti
dari
mikroba ataupun kotoran yang tidak dikehendaki. Selain
itu juga
pengemasan dapat menghindari dari penguapan sehingga
pengerasan
kulit roti dapat dihindari. Perlu diketahui jangan
mengemas roti
yang masih panas ataupun hangat supaya tidak cepat
berjamur.
Proses pengemasan pada roti dapat dilakukan sesuai
kondisi penjualan
dan keinginan pelanggan, namun demikian jenis roti yang
telah
diiris perlu segera dikemas. Bahan kemasan untuk roti
dapat
berupa bahan dari plastik atau karton, dan bahan dari
kertas
16. Penyimpanan.
Roti dapat disimpan baik pada suhu ruang (berkisar 5
hari) dan suhu
dingin/refrigerator.
E.
KESALAHAN-KESALAHAN YANG TERJADI DALAM PROSES
PEMBUATAN
ROTI DAN CARA MEMPERBAIKINYA
1.
Roti Tidak Mau Membesar
(Volume roti kecil-kecil saja)
1. Pemakaian Yeast kurang -
Naikkan pemakaian yeast
2. Yeast sudah terlalu tua -
Pakailah yeast yang baru
3. Adonan sudah terlalu tua -
Perpendek waktu peragian
4. Terlalu banyak garam -
Kurangi pemakaian garam
5. Terlalu banyak gula -
Kurangi pemakaian gula
6.
Terlalu banyak lemak - Kurangi
pemakaian lemak
7. Terlalu banyak susu -
Kurangi pemakaian susu
8. Tepung sudah ketuaan -
Pakai tepung yang baik
9. Tepung masih terlalu baru -
Simpan tepungya sedikit lama
10. Tepungnya bersifat soft -
Pakailah tepung hard
11. Adonan kurang lama di cetakan -
Berilah final proof yang cukup
12. Over mix waktu mengaduk -
Aduk adonan secukupnya
14. Oven terlalu panas -
Panaskan oven dengan tepat.
15.
Waktu memasukkan roti dalam oven dikerjakan secara kasar. -
Masukkan dengan
hati-hati.
16. Air yang dipakai bersifat soft -
Berilah yeast food (4)
17. Suhu adonan terlalu hangat -
Jaga suhu adonan pada 310C.
18. Terlalu banyak penggunaan yeast -
Pakailah yeast dengan tepat
19. Adonan terlalu lembek -
Pakailah air sesuai
dengan daya serap tepung
20. Selama adonan di meja, suhunya
menurun. - Jagalah
supaya suhu
adonan tetap berada pada 310C.
21.
Cetakan yang dipakai masih terlalu baru. - Bakar
dulu cetakan baru sebelum
dipakai
22. Cetakan masih panas -
Dinginkan cetakan sebelum waktu adonan ditaruhkan
digunakan.
23. Cetakan dipoles terlalu tebal - Poles
cetakan tipis-tipis saja.
24.
Yeast direndam dalam air yang terlalu panas/dingin-
Rendam yeast dalam
air yang bersuhu kira-kira 300C.
25. Tak ada uap air dalam oven -
Sedapat mungkin berilah uap
air di dalam oven.
26. Kurang timbangan adonan -
Isi cetakan dengan timbangan
yang cukup.
27.
Permukaan adonan sudah mengering selama adonan ada dimeja -
Tutup adonan dengan lap basah.
28. Kadar asam dalam susu yang dipakai
terlalu tingg - Rebuslah
air susu yang akan
dipakai untuk membuat roti.
2.
Volume Roti Terlalu Besar
No Sebab-Sebab Pembetulan
1. Over proofing -
Kembangkan adonan dengan
tepat (1 – 1½ jam).
2. Kurang garam - Pakailah garam dengan perbandingan
yang tepat.
3. Adonan sudah ketuaan sewaktu ada di
meja. - Kontrol
waktunya dengan tepat.
4. Oven masih kurang panas -
Beri panas oven yang cukup
5. Pulungan roti kurang baik -
Pulunglah dengan cermat.
3.
Warna Roti Masih Pucat
No Sebab-sebab Pembetulan
1. Adonan sudah terlalu tua -
Berilah waktu peragian dengan
tepat.
2. Oven masih kurang panas - Berilah panas oven dengan cukup.
3. Kurang pemakaian gula - Pakailah gula yang cukup.
4. Ruang kerja terlalu kering -
Berilah ventilasi yang
baik.
5. Panas oven bagian atas kurang panas. -
Panaskan oven dengan sempurna.
6. Kurang lama dibakar - Bakar kira-kira 25 menit
7. Air yang dipakai bersifat soft -
Gunakanlah yeast food.
8. Terlalu banyak yeast food -
Pakailah secukupnya
9. Tepung sudah terlalu tua -
Ganti tepungnya dengan yang
baru.
10. Terlalu banyak menggunakan sawuran -
Sedapat bisa hindari pemakaian
sawuran.
11. Kurang lama mengaduk adonan -
Aduk adonan dengan tepat.
12. Adonan terlalu hangat sewaktu mau masuk oven. -
Kurangi suhu ruangan kerja.
Komentar
Posting Komentar